Sabtu, 19 Januari 2013

Sejarah dan Arti Nama Kecamatan di HSS

 

Beritkut adalah nama kecamatan yg ada di HSS beserta dengan sejarahnya :

 

 

1. KECAMATAN PADANG BATUNG

Arti Nama : Hamparan tanaman batung ( bambu ) 

2. KECAMATAN ANGKINANG

Arti Nama : Manusia Perkasa (Pendekar) yang suka makan sirih (Menginang)
Sejarah Nama :
                Konon, terdapat sebuah dataran yang subur, yang terdapat pohon-pohon besar dan tinggi, beraneka ragam hewan hidup damai di dalamnya. Di situ, juga tinggal beberapa orang dengan anggota keluarganya masing-masing, yang dapat hidup dengan aman, damai, tenteram meskipun dengan mata pencaharian yang tak menentu, baik berkebun, menangkap ikan di sungai ataupun rawa-rawa. Daerah tersebut belum mempunyai kesepakatan nama daerah ataupun wilayah.
                Pada suatu waktu, di daerah tersebut kedatangan seorang laki-laki yang gagah perkasa dengan membaw seikat (sedapung) padi yang sudah matang, yang disambut dengan baik oleh sekelompok orang yang bertempat tinggal di tempat itu dan dengan ramah, saling tegur sapa sehingga terjalin persahabatan dan keserasian hubungan bermasyarakat.
Laki-laki tersebut mempunyai pengetahuan yang banyak dan bermanfaat untuk kehidupan orang banyak, terutama di bidang pertanian. Dengan bekal kemampuannya dan dengan modal benih yang dibawanya, dia memberikan pelajaran bagaimana cara menanam padi sampai dengan menuai hasil pertanian tersebut, sehingga semakin lama penduduk di daerah tersebut mempunyai kebiasaan bercocok tanam sebagai salah satu usaha pemenuhan kebutuhan pokok mereka. Akhirnya, daerah yang awalnya hanya dihuni oleh beberapa orang, semakin berkembang dan semakin ramai karena banyaknya pendatang, baik yang hanya sekedar singgah maupun yang juga tinggal dan menetap di situ.
Dengan bergulirnya waktu, lama kelamaan diketahui bahwa seorang laki-laki tersebut ternyata mempunyai suatu kebiasaan yaitu makan daun sirih atau yang secara umum disebut dengan menginang. Kemudian, karena orang tersebut dianggap telah menabur kebaikan kepada mereka, maka mereka memberinya gelar Hangkinang. Kata Hang diartikan sebagai manusia perkasa ataupun pendekar, kemudian Kinang diartikan sebagai kebiasaan makan daun sirih (menginang). Akhirnya, lama kelamaan gelar tersebut  kemudian disepakati untuk dijadikan sebagai nama daerah tempat mereka bertempat tinggal, dan dikenal sebagai Kampung Hangkinang. Dan dengan bergulirnya waktu, nama Hangkinang tersebut sampai kini masih melekat dan lebih dikenal menjadi nama Angkinang.

Kecamatan Daha Selatan, Daha Utara dan Daha Barat

3. KECAMATAN DAHA SELATAN
Arti Nama : Bagian dari Kerajaan Daha
 Nama lain adalah Nagara : Naga yang berada di lautan atau rawa

Sejarah Nama:
Pada jaman dahulu berdiri sebuah kerajaan yang dianggap sebagai kerajaan pertama di Kalimantan Selatan yang bernama Nagara Daha yang menurut riwayat, seringkali terjadi peperangan, termasuk di dalamnya adalah peperangan dalam perebutan kekuasaan. Yang akhirnya pada suatu waktu, Pangeran Samudera yang dianggap lebih berhak untuk mewarisi tahta raja dapat memenangkan peperangan serta berkuasa kembali dengan adanya bantuan dari kerajaan Demak di Jawa. Kisah ini juga berkaitan dengan riwayat  terjadinya Kota Banjarmasin.

Dalam riwayat lain, pemberian nama Nagara adalah dikaitkan dengan adanya kisah mengenai Putri Junjung Buih, yang menurut wangsit meyakini bahwa jodohnya adalah seorang pangeran berasal dari negeri seberang, dalam hal ini adalah dari kerajaan di Pulau Jawa. Dalam perjalanannya, pangeran tersebut mendapatkan rintangan yang salah satunya adalah munculnya naga di tengah lautan, yang kemudian memunculkan nama Nagara yang diartikan senagai Naga di atas rawa (lautan).

4. KECAMATAN KALUMPANG
Arti Nama : Kalum (sandal) yang terbuat dari kayu

Sejarah Nama
Pada masa terdahulu, masyarakat di daerah tersebut mempunyai kebiasaan untuk memakai sandal yang bahannya terbuat dari kayu atau yang biasa disebut dengan Kalum. Kemudian, muncul pemikiran dari beberapa orang masyarakat setempat untuk menamai daerah tersebut menjadi Kalumpang dan disetujui oleh banyak kalangan masyarakat dan sampai saat ini masih digunakan nama Kalumpang  tersebut.

5. KECAMATAN LOKSADO
 
Sejarah Singkat :
Asal muasal terbentuknya Desa Loksado adalah sejak tahun 1968. Dimulai dari pertemuan antara penghulu sawah, penggerak malaris (Mara Pita), Kepala Balai Palupuh (Sidin Handal), Kepala Balai Mampayang (Mara Siti dan Pembakal Maradiah), di mana pertemuan diadakan di huma (ladang) penghulu sawah di datar sirang dalam musyawarah terjadi perdebatan mengenai letak kampung, yaitu antara di Datar Sirang dan di dekat Sungai Amandit. Usulan mengenai di dekat Sungai Amandit ini adalah dari Mara Siti / Pang Siti dengan alasan agar kada uyuh atau kecapekan balinra atau menjaga usaha nyaman, menyirat lanting dan membawa jaring dan kayu sungkai. Akhirnya dsepakatilah untuk membuka hutan di tepi Sungai Amandit di tebas yang pertama, kemudian membuat rumah dan ditempati oleh penghulu sawah / Pang Lian di bawah kayu rarawa. Jadi, terjadinya kampung Loksadi tidak lepas dari tokoh-tokoh pemrakarsa tersebut.

Kemudian, dalam versi legenda / dongeng, diceritakan bahwa pada waktu dahulu, banyak orang yang gemar berburu gubang, kemudian ada gubang yang lari ke kelibaru dan masuk ke dalam suatu lubang. Kemudian, banyak masyarakat dari orang banua, yang sebagaian besar adalah pedagang, mengatakan sado masuk katalog dan akhirnya disebut menjadi nama Loksado.


Jika terdapat kurang lebihnya, hal ini adalah semata kekurangan pengetahuan dari penulis, dan diharapkan masukan serta tambahan data pendukung dari semua pihak...

2 komentar:

  1. Saya dukung pelestarian khazanah cerita rakyat kandangan, hulu sungai selatan, kalimantan selatan seperti Maharaja sukarama dan raja-raja dari kerajaan negara daha, perebutan tahta pangeran samudera dengan pangeran tumenggung, legenda raja gubang, datu panglima amandit, datung suhit dan datuk makandang, datu singa mas, datu kurba, datu ramanggala di ida manggala, datu rampai dan datu parang di baru sungai raya, datu ulin dan asal mula kampung ulin, datu sangka di papagaran, datu saharaf parincahan, datu putih dan datu karamuji di banyu barau, legenda batu laki dan batu bini di padang batung, legenda gunung batu bangkai loksado, datu ning suriang pati di gambah dalam, legenda datu ayuh sindayuhan dan datu intingan bambang basiwara di loksado, kisah datu ning bulang di hantarukung, datu durabu di kalumpang, datu baritu taun dan datu patinggi di telaga langsat, legenda batu manggu masak mandin tangkaramin di malinau, kisah telaga bidadari datu awang sukma di hamalau, kisah gunung kasiangan di simpur, kisah datu kandangan dan datu kartamina, datu hamawang dan datu balimbur serta sejarah mesjid quba, tumenggung antaludin dan tumenggung mat lima mempertahankan benteng gunung madang, panglima bukhari dan santar dalam perang amuk hantarukung di simpur, datu naga ningkurungan luk sinaga di luk loa, datu singa karsa dan datu ali ahmad di pandai, datu buasan dan datu singa jaya di hampa raya, datu haji muhammad rais di bamban, datu janggar di malutu, datu bagut di hariang, datu abbas dan sejarah mesjid ba angkat di wasah, dakwah penyebaran agama islam datu taniran di angkinang, datu balimau di kalumpang, datu daha, datu kubah dingin, makam habib husin di tengah pasar kandangan, kubur habib ibrahim nagara dan kubah habib abu bakar lumpangi, kubur enam orang pahlawan di ta’al, makam keramat bagandi, kuburan tumpang talu di parincahan, pertempuran garis demarkasi dan kubur Brigjen H.M. Yusi di karang jawa, pahlawan wanita aluh idut di tinggiran, panglima dambung di padang batung, gerombolan Ibnu hajar, sampai cerita tentang perang kemerdekaan Divisi IV ALRI oleh pejuang-pejuang kandangan yang banyak tersebar di banua amandit yang dipimpin Brigjend H. Hasan Basery di telaga langsat, karang jawa, jambu, ambutun, ambarai, mandapai, padang batung, ni’ih, simpang lima, sungai paring, mawangi, tabihi, durian rabung, munggu raya dan pembacaan teks proklamasi kemerdekaan Kalimantan 17 Mei di Kandangan. Semuanya adalah salah satu aset budaya dan sejarah bagi Kalimantan Selatan.

    BalasHapus
  2. INDONESIA memang selakyaknya untuk diacungi JEMPOL, karena begitu banyak cerita, dan peninggalan KEBUDAYAAN yang dapat kita gali dan LESTARIKAN...

    BalasHapus